INDONESIAKU
Bangsa Indonesia telah mengalami berbagai macam pasang surut
perjuangan. Bangsa yang awalnya terdiri dari sistem kerajaan-kerajaan. Sehingga
penjajah lebih mudah menjajah bangsa ini dengan politik pecah belahnya. Pada
masa itu, rakyat terus tertindas, disiksa dan melarat. Kalaupun mereka melawan,
itupun hanya bersifat sporadis atau kesukuan semata.
Mengingat perlawanan fisik yang sporadis dan kesukuan tidak membuahkan
hasil. Para tokoh-tokoh bangsa, dengan semangat yang kecerdasan yang
dimilikinya, berusaha bangkit dari kebodohan dan keterpurukan. Perjuangan
diubah melalui wadah pendidikan yang bertujuan membangun semangat
nasionalisme. Pada awalnya perjuangan
melalui pendidikan dimulai dengan didirikannya Pergerakan Nasional Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908 yang kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan
Nasional.
Pergerakan ini menginspirasi para pemuda untuk membangun semangat dari ke,”Kami”an menjadi ke “Kita”an, semangat itu terus berlanjut melalui peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, yang pada akhirnya terbangun semangat ke-Indonesiaan. Para pemuda berkomitmen menghilangkan kepentingan individu, kelompok dan golongan untuk menyatu dalam kesatuan yang hakiki, satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia. Proses terus berlanjut, pada tanggal 17 Agustus 1945, Bangsa Indonesia memproklamirkan Kemerdekaannya. Dengan segala konsekwensi dan resiko bergaung semboyan, “Merdeka atau Mati”.
Pergerakan ini menginspirasi para pemuda untuk membangun semangat dari ke,”Kami”an menjadi ke “Kita”an, semangat itu terus berlanjut melalui peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, yang pada akhirnya terbangun semangat ke-Indonesiaan. Para pemuda berkomitmen menghilangkan kepentingan individu, kelompok dan golongan untuk menyatu dalam kesatuan yang hakiki, satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia. Proses terus berlanjut, pada tanggal 17 Agustus 1945, Bangsa Indonesia memproklamirkan Kemerdekaannya. Dengan segala konsekwensi dan resiko bergaung semboyan, “Merdeka atau Mati”.
Semboyan itu bila kita perhatikan terdapat kata “atau” hal ini berarti hanya ada satu yang dipilih. Merdeka berarti
bebas dan penindasan, penjajahan dan bebas untuk menentukan masa depan bangsa
sendiri. Para pejuang selalu bersemangat tinggi, gigih, tidak kenal menyerah
dan tanpa pamrih. Mereka lebih memilih
mati daripada hidup tertindas oleh penjajah. Demikianlah bangsa Indonesia
berjuang dengan modal semangat yang tinggi dan karakter yang kuat, sehingga mampu
mengantarkan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.
Kini setelah 74 tahun Indonesia merdeka, masihkah generasi sekarang
masih menggulirkan semangat dan karakter para pendahulu mereka melalui tekad,
keberanian, serta jiwa yang pantang menyerah? Kegelisahan, prihatin sekaligus
kecintaan kepada bangsa ini kerap mengusik kita dengan pertanyaan-pertanyaan di
atas. Hampir setiap hari kita membaca di media-media cetak maupun online, begitu
banyak anak-anak yang tidak terurus, pejabat korupsi, buruknya layanan publik,
lapangan kerja yang menciut, sampai peredaran narkoba yang mengerikan.
Siapa yang salah? Saya tidak ingin memperdebatkan siapa yang salah,
karena yang pasti, kita semua ikut bersalah. Sebagai individu maupun sebagai
bangsa kita semestinya terpanggil untuk merenung dan memikirkan apa
sesungguhnya yang terjadi dengan bangsa ini. Bukankan sejarah membuktikan,
bangsa yang besar, maju dan kuat adalah bangsa yang memiliki karakter sekaligus kompetensi yang tinggi, yang dimulai dari pendidikan yang menerapkan nilai-nilai karakter baik di
lembaga-lembaga pendidikan.
Bangsa yang memahami bahwa pembangunan manusia dimulai dari manusia.
Pada akhirnya pembangunan
karakter adalah sebuah keniscayaan, bangsa
ini maju tidaklah semata-mata karena kompetensi, teknologi yang canggih ataupun
kekayaan alamnya, tetapi yang utama bahkan terutama adalah semangat karakter
manusianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar