Rabu, 21 November 2018

PODA NA LIMA

PODA NA LIMA


Indonesia merupakan negara yang penduduknya sangat majemuk dilihat dari suku, budaya, dan agama. Kemajemukan tersebut merupakan fakta dan realitas sosial, maka tidak ada pilihan lain, kecuali menerima dan memeliharanya demi kepentingan dan tujuan bersama. Heldred Geertz sebagaimana dikutip Faisal Ismail terdapat lebih dari tiga ratus kelompok etnis yang berbeda-beda di Indonesia, masing-masing kelompok mempunyai identitas budayanya sendiri-sendiri, dan lebih dari dua ratus lima puluh bahasa yang berbeda-beda dipakai.

Istilah budaya berasal dari penjelasan terhadap tindakan material manusia dalam kerja mengolah sesuatu untuk mencukupi kehidupannya. Keanekaragaman budaya menciptakan suasana yang berbeda di daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Kebudayaan bersifat unik dan khas, tergantung pada daerah tempat budaya itu berkembang oleh sekelompok tertentu.

Tapanuli adalah sebutan/panggilan umum orang kebanyakan untuk daerah-daerah yang berada dipesisir pantai barat provinsi Sumatera Utara yang asal katanya dari "Tapian Nauli" yang berarti Tepi Sebelah Barat, dibatasi oleh Dataran Aceh Tenggara, Danau Toba dan pegunungan Bukit Barisan di sebelah tengah yang dengan itu memisahkan Tapanuli dengan pesisir timur provinsi Sumatera Utara yang kerap disebut Sumatera Timur atau daerah Melayu Deli.

Nilai-nilai luhur kearifan lokal dalam adat budaya Tapanuli yang harus tetap menjadi tradisi dan dilestarikan seperti nilai kekerabatan “markoum marsisolkot” dan Dalihan Natolu (sangap mar-Mora, manat mar-Kahanggi, elek mar-Anak Boru) yang terlihat dari tutur sapa dan saling mengayomi serta “take and give” (saling memberi dan menerima). Selain itu poda na lima yang berisikan nasehat untuk paias rohamu, pamatangmu, parabitonmu, bagasmu, pakaranganmu adalah sebuah pesan moral yang luar biasa dalam menjaga keperibadian dan berinteraksi sosial. Ditambah dengan nilai hagabeon yang bermakna saling berbagi, harapan panjang umur, banyak rizky, berakhlak baik dan berpendidikan. Hamoraon yang memiliki arti kehormatan diri dan keseimbangan aspek spritual dan material, hasangapon artinya sanggup menjaga tatanan dan amanah. Hapantunan adalah tata cara berbicara yang sopan santun. Marsisarian (saling memahami, menghargai dan saling membantu antara satu dengan yang lain). “Inte disiraon, tangi disiluluton” (menunggu undangan pesta perkawinan, tetapi wajib hadir tanpa diundang untuk melayat jenazah).

Selanjutnya, pesan leluhur dalam “Maranak ma hamu sapulu pitu, marboru hamu sapulu onom” artinya adalah petuah yang artinya maranak ma hamu na bisuk-bisuk, marboru ma hamu na pohom-pohom. Secara logika, pesan yang diambil dari kearifan lokal itu “tidak mungkin” istri kita beranak 33 orang kalau hanya satu istri. Arti yang di maksud adalah anak adik kita adalah anak kita juga, anak kakak kita adalah anak kita juga anak kawan kita juga adalah anak kita, anak sekeliling kita adalah anak kita juga. Ditambah, ada kearifan lokal marsialapari yang artinya gotong royong dalam menyelesaikan sesuatu sehingga tercapai tujuan bersama.

Membahas nilai-nilai pendidikan informal dalam adat budaya Tapanuli sangatlah luas. Oleh sebab itu penulis akan membahas nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam pola asuh keluarga dalam adat budaya Tapanuli. Keluarga sebagai lembaga yang paling atas dalam proses penanaman nilai-nilai budaya, dapat dilihat pada masyarakat Tapanuli yang salah satu prinsip atau sistem nilai dalam adat budayanya yang lebih mengacu kepada individu dinamakan poda na lima (ajaran yang lima) meliputi:
  1. Paias Rohamu (bersihkan hatimu)
  2. Paias Pamatangmu (bersihkan tubuhmu); 
  3. Paias Pakeanmu (bersihkan pakaianmu); 
  4. Paias Bagasmu (bersihkan rumahmu) dan 
  5. Paias Pakaranganmu (bersihkan lingkungan tempat tinggalmu). 


1.Paias Rohamu (bersihkan hatimu)
Paias rohamu (bersihkan hatimu) merupakan fitrah manusia yang dianugerahkan Allah sejak lahir, bersih tanpa noda. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadist Rasulullah SAW yang berbunyi:

حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ مَامِنْ مَوْلُوْدٍ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَانِهِ اَوْ يُمَجِّسَانِهِ     رواه البخارى  

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza'bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orangtuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi”. (Hadits Shohih Bukhari no. 1296) 

Dari hadist di atas, maka menjadi jelas bahwa anak yang baru lahir itu bersih dan suci, dan tergantung orangtualah bagaimana menggambarkannya, apakah ia jadikan anaknya seorang Majusi atau Nasrani. Rasulullah SAW juga telah memberikan pengertian tentang makna hati:

وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ آُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ آُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْب

Artinya: Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal darah. Apabila kondisinya baik, akan baik pula seluruh tubuh. Apabila kondisinya memburuk, akan buruk pula seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati.

Demikianlah Rasulullah memberikan sinyal tentang tentang peran hati. Hati merupakan pemimpin bagi tubuh manusia, tubuh manusia akan melaksanakan apa yang diperintahkan dan kehendaki hati. Semua organ tubuh manusia senantiasa berada di bawah kendali hati. Dengan hati pula iman manusia  berasal, dan kejahatan manusia itu berasal. Oleh sebab itu hati akan dimintai pertanggungan jawab kelak di akhirat bagaimana hati memimpin organ tubuhnya. Karena itu prinsip paias rohamu (bersihkan hatimu) harus menjadi fokus setiap anggota keluarga.

Orangtua sebagai pendidik yang menanamkan benih-benih pertama di dalam diri anak, dan dengan tingkah laku sehari-hari sangat mempengaruhi perasaan dan tingkah laku anak. Oleh karena itu suatu keluarga itu harus suci, harus baik, sehingga terciptalah suatu generasi Islam yang merealisasikan norma-norma Islam, menjadikan norma-norma teladan yang langsung di ambil dari Rasul.

Poda untuk Paias rohamu (bersihkan hatimu) dalam adat budaya Tapanuli telah diajarkan sejak dini, agar dikemudian hari ketika mereka beranjak dewasa dan sudah memiliki keluarga sendiri mereka dapat menerapkan filosofi ini dalam kehidupan mereka. Seperti dalam bertutur. Bertutur dalam budaya Tapanuli berarti aturan-aturan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari kekeluargaan dan keakraban yang diucapkan lewat partuturon, hal ini telah ada dan diciptakan oleh nenek moyangnya sebagai sistem tutur sapaan yang dipergunakan dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penyebutan tutur terhadap seseorang diketahuilah jalur hubungan kekerabatan diantara mereka yang menggunakannya. Tutur kekerabatan itu sekaligus menentukan prilaku apa yang pantas dan tidak pantas diantara mereka yang bergaul.

Tutur dalam adat budaya Tapanuli berarti “kata ganti yang mengandung pengajaran”. Sebagai contoh : Biade tutur nami tu hamu? Artinya bagaimana panggilan kami kepada kamu? Ketika panggilan itu sudah diketahui, misalnya panggilan tulang, maka orang yang bertanya tersebut secara spontan sikapnya akan berubah menjadi “hormat”. Karena tutur tulang itu mengandung nilai “keharusan hormat kepada tulang, sebab tulang itu dalam masyarakat Tapanuli adalah merupakan saudara ibu kita (iboto), sebagai iboto bagi ibu, maka tulang itu menjadi tempat minta tolong (humolos) bagi ibu, sehingga ibu kita tersebut sangat hormat kepada iboto-iboto-nya.

Poda untuk paias rohamu (bersihkan hatimu) dalam adat budaya Tapanuli juga tercermin saat sebelum peresmian perkawinan yaitu Mangalehen Mangan Pamunan. Acara ini dilakukan beberapa hari sebelum acara pabuat boru atau malam sebelum pabuat boru dilaksanakan. Ini merupakan acara keluarga berupa pemberian makan terakhir atau makan perpisahan bagi anak perempuan yang sebentar lagi akan pergi meninggalkan orangtua dan keluarganya.

Acara ini dimulai dengan makan malam bersama seperti biasanya. Namun yang berbeda adalah ibu dari calon pengantin perempuan akan menyuapkan makanan kepada calon pengantin perempuan. Setelah acara makan selesai, dilanjutkan dengan penyampaian kata-kata harapan, atau nasehat terhadap calon pengantin dari pihak orangtua pengantin, saudara, opung (nenek), serta uda dan nangudanya. Suasana sedih dan haru dirasakan antara calon pengantin perempuan dengan keluarga yang akan ditinggalkan. Contoh kata-kata nasehat dari ayah calon pengantin perempuan sebagai berikut: ”Untuk anak ayah, sebentar lagi ananda akan menikah, dan ini sebagai bentuk pemberian dari ayah untuk ananda, dengan kita makan sama-sama. Nanti kalau ananda sudah bersama suami, makan bersama seperti ini akan jarang dilaksanakan. Jadi, yang biasanya kita makan bersama, selalu kemana-mana, sebentar lagi akan jarang terjadi. Makan malam ini bisa jadi makan malam yang terakhir, semoga ananda bisa menerima pemberian ayah dan ibumu ini. Anakku, sebentar lagi ananda akan memiliki keluarga baru, pesan ayah jagalah keluarga barumu itu, berbaik-baiklah terhadap mertua dan jagalah nama baik ayah dan ibumu, jadilah istri yang baik, yang beradat dan santun. Berbaik-baiklah di tempatmu yang baru bersama suamimu nanti”.

Dari kata-kata nasehat dari ayah calon pengantin perempuan di atas pokok-pokok nasehat yang disampaikan kepada gadis pada acara mangalehen mangan pamunan adalah:

  1. Memperlakukan mertua seperti memperlakukan orangtua sendiri, tidak boleh dibeda-bedakan.
  2. Menjaga nama baik keluarga dengan berkelakuan baik terhadap semua keluarga pihak suami. Tubu unte tubu dihit durina. Jika orang dilahirkan di lingkungan orang baik-baik (beradat), harus menunjukkan sikap yang baik (beradat).
  3. Berusaha beradaptasi dengan lingkungan dan kebiasaan (adat istiadat) keluarga suami. Pantun hangoluan, teas hamatean, mata guru, roha siseon. Artinya, niat buruk (tidak jujur) bisa mengancam keselamatan. Apa yang dilihat dapat menjadi contoh, dan baik buruknya tergantung pada hati nurani.
  4. Sebagai pasangan harus saling setia.
  5. Seia, sekata, sehidup, semati, apapun yang terjadi untuk merusak rumah tangganya, maka akan dihadapi agar tidak terpisahkan.
  6. Berbuat kebaikanlah sebanyak-banyaknya agar mendapat balas kebaikan yang banyak pula.
  7. Harus ingat akan dua hal, yakni: bahwa suatu saat hidup akan menemui kematian, maka jangan lupa menjalan rukun Islam yang lima dan ajaran-ajaran Islam lainnya; selalu ingat apa yang telah diberikan orang kepadamu yang baik, agar kamu berusaha membalasnya dengan kebaikan pula.
  8. Harus lupa dua hal yakni: jangan selalu diingat-ingat apa yang baik kita berikan pada orang, agar jangan mengharapkan balasan, akibatnya muncul ejekan yang berakibat hilang pahalanya; jangan ingat keburukan yang dilakukan orang padamu, sehingga kamu jadi dendam dan mengakibatkan penyakit hari. Melupakan perbuatan orang yang buruk akan menimbulkan pahala.
  9. Jangan memandang orang dari kekayaannya, tetapi harus melihat kepada budi pekertinya. Orang miskin juga pada waktu tertentu berguna. Bantuan tidak saja material, tapi juga bisa dengan immaterial dan tenaga.
  10. Pandai beramah tamah, pandai berkasih sayang dan pengasih, tetapi harus pandai juga berhemat. Jangan asik bersantai dan berfoya sehingga lupa hari esok. Harus ingat masa depan keluarga dan anak-anak.


Pada waktu mengalehen pangan pamunan ini para sanak keluarga diberi kesempatan memberi nasehat kepada si gadis, bahwa statusnya yang sekarang sebagai anak gadis bisa bermanja-manja tidak lagi boleh dilakukannya apabila ia sudah berumah tangga. Sebagai boru na mora (orang terhormat) ia harus menunjukkan tabiat yang baik, bagaimana dia berbuat baik kepada orangtuanya, harus demikian pula kepada keluarga suaminya.

Demikianlah contoh Poda untuk paias rohamu (bersihkan hatimu) dalam adat budaya Tapanuli, dan masih banyak contoh-contoh yang lain. Penulis meyakini nenek moyang masyarakat Tapanuli sudah mengetahui, memikirkan, menilai dan menjabarkan hakikat makna yang hakiki dari paias rohamu (bersihkan hatimu), yang wajib diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2.Paias Pamatangmu (bersihkan tubuhmu) 
Paias pamatangmu merupakan nasehat untuk selalu menjaga kesehatan jasmani, agar terhindar dari berbagai macam penyakit. Badan yang sehat memiliki kontribusi untuk memperoleh jiwa yang sehat. Begitu juga sebaliknya jiwa yang sehat juga memiliki kontribusi untuk menjadikan tubuh sehat.

Jargon “Mensana in coropore sano” yang artinya dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat, tidaklah sepenuhnya benar. Seperti berbagai hal/kejadian yang terjadi di sekitar kita banyak yang menunjukkan bahwa di dalam tubuh yang sehat tidak selalu terdapat jiwa yang sehat. Barangkali, malah bisa sebaliknya, yaitu di dalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang sehat, karena kalau dibandingkan antara jiwa dan badan sebenarnya lebih kuat jiwa.
Anak diajarkan bagaimana hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum makan, menggosok gigi, mandi secara teratur dan dibiasakan sekalian berwudhu. Sebagian yang menyangkut kebersihan ini menyangkut fiqih, khususnya mengenai thaharah (bersuci) sehingga berhubungan langsung dengan ilmu pendidikan agama. Orangtua di rumah juga jangan lupa mengontrol kebersihan kuku anak, kebersihan gigi, tangan dan lain sebagainya.

Paias pamatangmu (bersihkan tubuhmu) tentu tidak hanya dengan melakukan membersihkan tubuh saja. Filosofi Paias Pamatangmu (bersihkan tubuhmu) juga dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan sehat dan halal, yang diperoleh melalui jalan yang diridhoi Allah. Sehingga makanan yang kita makan dapat menjadikan tubuh kita sehat dan bersih dari hal- hal yang diharamkan Allah. Sebagaimana Allah berfirman dalam Surah al-Baqarah ayat 168:

$yg"’r'¯»t’ â¨$¨Z9$# (#qè=ä. $£JÏB Îû ÇÚö F{$# Wx»n=ym $Y7Íh9sÛ xwur (#qãèÎ6®Ks? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø9¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNä3s9 Arß0tã îûüÎ7"B 

Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan manusia memakan makanan yang halal lagi baik. Kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh badan yang sehat, menjaga pola hidup yang sehat akan memberikan pengaruh positif bagi kesehatan. Begitu juga sebaliknya jika kita kurang memperhatikan kesehatan, maka berbagai penyakit akan menyerang tubuh kita. Oleh karena itu, kita perlu menjaga gaya hidup dengan baik untuk mendapatkan hidup yang sehat.

Contoh gaya hidup pragmatisme (gaya hidup serba instan), yakni seseorang lebih menyukai hal-hal yang praktis, tidak repot dan cepat saji. Seperti mengonsumsi makanan siap saji (fast food), penggunaan bumbu penyedap yang mengandung bahan kimiawi. Kandungan bahan pengawetnya sedikit demi sedikit akan menumpuk dalam tubuh dan menimbulkan penyakit di kemudian hari.

3.Paias Pakeanmu, paias parabitonmu, (bersihkan pakaianmu)
Tahap berikutnya setelah kita membersihkan roha dohot pamatang adalah membersihkan pakaian (parabiton). Parabiton meliputi seluruh aneka sandang yang kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian bersih menurut konteks ini adalah tidak semata-mata bersih saja tapi harus suci juga. Apalagi pakaian yang dipakai untuk melaksanakan shalat atau beribadah. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surah Al Muddatstsir: 4

y7t/$u9ÏOur öÎdgsÜsù 

Artinya: dan pakaianmu bersihkanlah.

Berpakaian berfungsi menutupi tubuh, melindungi dari berbagai gangguan dan perubahan cuaca. Pakaian mempunyai fungsi sebagai petunjuk identitas dan pembeda antara seseorang dengan orang lain. Pakaian juga berfungsi fungsi untuk menghindarkan seseorang terjerumus dalam bencana dan kesulitan, baik bencana duniawi maupun ukhwawi. 

Paias Pakeanmu (bersihkan pakaianmu) tentu tidak hanya dengan melakukan membersihkan pakaian saja. Tetapi untuk menutup aurat. Karena aurat merupakan suatu hal yang dapat menimbulkan nafsu yang akan membawa ke jurang kesengsaraan, kalau tidak melewati jalur yang diperbolehkan oleh syariat Islam. Sebagaimana telah diterangkan dalam Al-Quran yang berbunyi:

ûÓÍ_t6»t’ tPy`#uä ô0s% $uZø9t Rr& ö/ä3ø9n=tæ $U"$t7Ï9 Í ºuqã’ öNä3Ï?ºuäöqy" $W± Í ur ( â¨$t7Ï9ur 3 uqø)­G9$# y7Ï9ºsR ×}öyz 4 aÏ9ºsR ô`ÏB ÏM»t’#uä «!$# óOßg¯=yès9 tbr㍩.¤9t’ 
   
Artinya: Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.

Demikianlah aturan tentang berpakaian bagi kaum muslim, khususnya bagi perempuan untuk menutup aurat agar benar-benar menjadi wanita muslimah, baik ketika beribadah ataupun dalam pergaulan sehari-hari. Pakaian sebagai pra syarat sistem pergaulan dalam masyarakat adalah suatu kewajiaban sosial yang harus terpenuhi. Berpakaian sebagai usaha menutupi aurat adalah perintah agama yang harus diajarkan di dalam keluarga sejak dini.

4.Paias Bagasmu (bersihkan rumahmu)
Paias bagasmu (bersihkan rumahmu) artinya berjiwa bersih lingkungan rumah. Rumah harus bersih bukan harus memiliki perabotan dengan harga serba mahal. Rumah yang diinginkan rapi, teratur dan bersih.
Kalau seorang ibu tidak memperhatikan kebersihan rumah tangga, boleh dipastikan seluruh anggota penghuni rumah itu tidak serasi. Apabila rumah tangga itu bersih, dan segala perabotan-perabotan yang ada di dalamnya diletakkan pada posisi-posisi yang serasi, maka timbullah rasa nyaman, bahagia, dan aman.

Biasanya orangtua atau orang dewasa di rumah membagi pekerjaan pada anak-anak untuk mencuci piring atau gelas, menyapu atau mengepel lantai, membuat sampah di tempatnya, menyiapkan minum ketika hendak makan dan sebagainya, dengan maksud untuk membiasakan bekerja. Sesungguhnya orangtua atau orang dewasa di rumah itu sedang melakukan proses pendidikan dengan metode pemberian tugas (resitasi) dan metode sosio drama atau berbagi peran.

Poda untuk paias bagasmu (bersihkan rumahmu) dalam adat budaya Tapanuli telah diajarkan, agar anak tidak sepenuhnya mengandalkan orangtua atau pembantu rumah tangga. Sehingga ketika anak sudah dewasa, ia akan menjadi mandiri. Demikianlah peran keluarga dalam mengenalkan pengetahuan, melatih keterampilan dan kecakapan hidup agar anak bisa bekerja. Mulai dari keterampilan dalam pekerjaan sehari-hari di rumah seperti mencuci pakaian, piring, menyapu dan mengepel lantai.

5.Paias Pakaranganmu (bersihkan lingkunganmu)
Setelah kita selesai paias roha, pamatang, parabiton dohot bagas, sekarang kita sampailah tahap yang terakhir, yaitu paias pakarangan atau (lingkungan)mu. Paias pakarangan (lingkungan)mu adalah membersihkan pekarangan rumah kita dari segala jenis sampah dan kotoran. Selanjutnya menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal kita. Kita bisa gotong royong dengan tetangga atau masyarakat membersihkan lingkungan. Bisa diadakan misalnya seminggu atau sebulan sekali, tergantung kesepakatan bersama dalam satu lingkungan desa ataupun kampung. 

Demikianlah nenek moyang masyarakat Tapanuli dari dulu telah peduli dengan lingkungan. Merela menyadari bahwa manusia akan hidup sehat apabila lingkungan di sekitarnya bersih. 
Dari pesan paias (bersihkan) yang lima itu ada empat yang menyangkut fisik, yaitu rumah, pekarangan, pakaian dan badan. Hanya satu yang bersifat non fisik, yakni hati. Tapi apabila yang satu ini dapat diterapkan, maka dengan sendirinya berpengaruh langsung kepada empat lainnya, sehingga akan terasa nyata manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa poda na lima ini sangat sesuai dengan ajaran agama Islam, dan diawali dari rumah tangga. Sehingga timbul pertanyaan apakah poda na lima ini diwarisi oleh nenek moyang sebelum datangnya agama di daerah Tapanuli. Apakah poda na lima merupakan rumusan baru orang-orang Tapanuli yang terdidik seperti ulama-ulama terdahulu. Pertanyaan ini sepertinya layak untuk digali lebih dalam lagi. 


DAFTAR PUSTAKA

Agus Mulyono dkk, Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2015.

Agus Mustofa, Untuk Apa Berpuasa: Scientific Fasting, Surabaya:Padma Press, 2004.

Baharuddin Aritonang, Orang Batak Berpuasa, Jakarta: Gramedia, 2008.

Bungaran Antonius Simanjuntak, Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan Membangun Pendidikan Berbasis Budaya Lokal, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.

Faisal Ismail, Republik Bhinneka Tunggal Ika: Mengurai Isu-Isu Konflik, Multikulturalisme, Agama Dan Sosial Budaya, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2012.

Irhayanti Harun, Sukses Mendidik Anak dengan Qolbu, Jakarta: Bhuana Ilmu Komputer, 2013.

M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung: Mizan 1998.

Moh. Haitami Salim, Pendidikan Agama dalam Keluarga, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2013.

Muhammad ibn Ismail Abu Abdullah Al-Bukhari, Al-Sahih Al-Mukhtashar Juz 6, Beirut: Dar ibn Katsir, 1987 M/1407 H.

Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1993.

Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim, Juz 8, Beirut: Dar Al-Kutub, 1995.

Pandapotan Nasution, Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman, Medan: Penerbit Forkala-SU, 2006.

Sandi Suwardi Hasan, Pengantar Cultural Studies Sejarah, Pendekatan Konseptual & Isu Menuju Budaya Kapitalisme Lanjut, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011.

Syeh Abdullah Wahhab Abdussalam Thawilah, Panduan Berbusana Islami: Berpenampilan Sesuai Tuntunan Al-Qur’an dan As Sunnah. Jakarta: Almahira, 2006. 

Sumber internet
https://id.wikipedia.org/wiki/Tapanuli 

Tidak ada komentar:

PENGEMBANGAN TUJUAN DAN INDIKATOR PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013

  Pendahuluan Sistem pendidikan nasional telah berkali-kali mengadakan perubahan. Perubahan yang paling esensi dalam sistem pendidikan...